Selasa, 15 Juni 2010

Balada Temanku, Deritanya di Stasiun Tugu yogya

oleh: Riwan kusmiadi

Awan beriring hitam dan Angin berukir badai
keduanyapun berhenti.
Istirahat sejenak
dan setelah itu hancurkan dengan gemulai lentik jemari tangannya.

Sang dewi pun berlenggok mengahampiri .
Berjalan di sekujur peluh yang terperas oleh kejadian waktu itu.
Entah ia atau badai yang menemani
Itu pun tiada beda.

Siang ini rembulan menari
Namun bintang tetap bersembunyi
Mungkin karena sang dewi datang dengan setengah apel hijau yang telah terpotong.
setelah itu pergi dengan seonggok daging yang tertinggal dan kemudian membusuk serta basi.

Mungkin tercipta hanya untuk datang dan kemudian pergi kembali.
Mungkin terkulai hanya untuk rasa yang sangat iba
Mungkin jua tertawa hanya untuk kemudian duka yang mendalam.
Namun dengan pasti sang dewi pergi bukanlah untuk kembali.

Dan ia berkata seraya mengadu pada gemuruh diantara gerbong itu
Yang telah menjadi saksi keremukan karang yang Ia pertahankan untuk nya.
Menjadi saksi kebisuannya dengan gemuruh kata yang tak terbendung.
Menjadi saksi tersimpannya kepalan tangan kirinya dengan ujung kelingking yang penuh dendam.

Bersabarlah teman
Mungkin jua iapun kan merasa derita yang sama
Sampai ketika ia tersadar dengan tidurnya yang berselimut mimpi
Bersabarlah ...hingga bidadari surgamu datang dan menggantikannya untuk mu.

Tidak ada komentar: