Alas kakinya berdesik. Langkahnya pun terdengar berirama namun ada ketukan ketiga, sebuah tongkat yang lamban menemani tangan kanannya, dengan kuku yang mulai kusam dan berkerut. rambutnyapun putih yang menghitam. Sesekali tersenyum dengan gigi emas yang masih tersisa. walau kusam bajunya tetap rapi berwarna putih dan bergaris coklat. tak lupa sorban pun bergelantung di lehernya dan kini ia berada di ujung beranda ....
Sabtu, 16 Juli 2011
Politieke betekenis
Kamis, 14 Juli 2011
ketika penyair membidik lautan
Riwan kusmiadi
Aku disini diatasnya karang dan disela pepohonan cemara tempat ku berpijak.
Dan ini bukan waktuku tuk bermimpi.
Kurayu biduk hatimu dalam dermaga cinta ku.
Ku halau takutku dengan segumpal keberanianku.
Dan,... Ini lah aku.....
Dengan putihnya ketulusan yang kutawarkan melebihi dari ribuan buih di antara deburan ombak itu.
Dan,.... inilah aku .....
Yang kan membalur dahaganya hati mu dengan ketulusan hati ku.
Kini, disela deburan ombak itu,...
kubisikkan cinta ini kala cemara itu berdesir.
disebuah pantai indah ditengah hamparan pasir yang memutih.
ku tulis cerita itu bagai rayuan nyiur yang teramat manis,
kubelai dengan sepoi angin seindah awan biru dengan kata yang kuanggap indah.
Inilah cinta ku yang ku usap peluh itu dengan kucuran keringat.
dengan ketakutanku bagai aroma garam yang melengkapi hidangan syairku.