Oleh. Riwan kusmiadi
Tiada luput satu pun bisikan angin dengan semilirnya,..
Tiada pernah redup pula walau sedetikpun cahya dimatanya.
Dan yang kau sebut itu gemintang,...
Tiada tersipu sedikitpun kala menutup kerling disudut matanya.
Hanya haru disetiap detak jantungnya. Sesaat itu pun ia kan berkata....
" mengapa dikau harus jauh dariku.....duhai..."
Namun Angin beranjak,...
Seraya menghujamkan kukunya pada langit dan bumi.
Silih berganti...
menggatikan kecerahan warna menjadi kusamnya raut.
Hantu-hantu malam itu mulai bermunculan.
Dari masa silam menghantui disetiap pertengahan bunga mimpi yang
indah...
Kemudian sekejap menggetar-getarkan hatimu di balik duka yang dalam.
Berkali kali ia bisikan alasan itu dan engkau pun tak bergeming.
Dan gumam mu " bukan kah ini yang kau mau?"...
"bukankah dibalik rinduku ada ketidak acuhan mu...?"
Akankah ia selalu terukir lembut
Merubahnya sebagai tulisan indah tentang asmara
Seperti kupu-kupu yang hinggap diantara mawar berduri.
Walau tajam ia tatap indah dan tiada dua dialam fana.
Seperti yang kau sebut itu gemintang
yang hanya akan indah jika malammu telah tiba.